FILOSOF ISLAM AL-KINDI
A.
PENDAHULUAN
Ya’kub Ibn Ishaq Al-Kindi adalah
seorang seorang filosof yang berasal dari Kindah di Yaman tetapi lahir di Kufah
(Irak) pada tahun 796 M. Beliau adalah seorang anak dari Gubernur Basrah. Al-Kindi
adalah seorang filosof Muslim pertama, baginya falsafat adalah pengetahuan tentang yang benar. Al-Kindi hidup pada masa
penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Al-Kindi turut aktif
dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping menerjemahkan, Al-Kindi juga
memperbaiki terjemahan-terjemahan yang ada sebelumnya. Karena keahlian dan
keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru
putra Khalifah al-Mu’tasim, yaitu Ahmad. Al-Kindi menganut golongan Mu’tazilah
dan pemikiran beliau banyak terpengaruh dari pemikiran Plato dan Aristoteles. Salah
satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
B.
FALSAFAT
AL-KINDI
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mulia. Filsafatnya tentang keesaan Tuhan selain didasarkan pada wahyu juga
proposisi filosofis. Al-Kindi selain seorang filosof juga merupakan seorang
ahli pengetahuan. Ia membagi pengetahuan menjadi dua bagian, yaitu pertama
adalah Pengetahuan Ilahi (Divine Science), yaitu pengetahuan yang langsung
diterima Nabi oleh Tuhan dan dasar dari pengetahuan ini adalah keyakinan, kedua
adalah Pengetahuan Manusiawi (Human Science), yang didasari atas pemikiran.
Falsafat bagi Al-Kindi adalah pengetahuan tentang yang benar, seperti halnya agama
yang menerangkan tentang kebenaran dan agamalah dasar dari falsafat. Bagi
Al-Kindi falsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan yang tidak bisa
ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir.
1.
Falsafat
Ketuhanan Al-Kindi
Bagi Al-Kindi falsafat yang tertinggi
adalah falsafat tentang Tuhan. Tuhan dalam falsafat Al-Kindi tidak seperti
pandangannya tentang alam, karena Tuhan bukan benda-benda dari alam. Tuhan tak
mempunyai hakikat, baik hakikat secara juz’iyah
atau aniyah (sebagian) maupun hakikat
kulliyyah atau mahiyah (keseluruhan). Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan
tidak merupakan genus atau species. Tuhan tidak tersusun dari materi dan
bentuk, Tuhan hanya satu dan tidak ada yang menyamaiNya. Tuhan adalah yang
Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. Dalam falsafat Tuhan,
Al-Kindi mempunyai perbedaan pendapat dengan Aristoteles mengenai Tuhan.
Aristoteles berpendapat bahwa Tuhan adalah penggerak pertama terhadap alam
semesta, sedangkan Al-Kindi mengikuti ajararan yang ada dalam agama Islam,
yaitu Tuhan sebagai pencipta alam. Alam bagi Al-Kindi merupakan permulaan dan
tidak kekal, hal ini sependapat dengan falsafat Plotinus yang mengatakan bahwa
Yang Maha Satu adalah sumber dari alam dan sumber dari segala yang ada.
2.
Falsafat
Jiwa Al-Kindi
Didalam Al Qurana dan Al Hadits tidak
dijelaskan tentang roh, namun para filosof-filosof Islam membahas tentang roh
ini berdasarkan filosof Yunani yang terdahulu. Menurut Al-Kindi roh itu tidak
tersusun tetapi memiliki arti penting dan berasal dari substansi Tuhan, yang
memiliki hubungan seperti cahaya dan matahari. Al-Kindi juga menjelaskan bahwa
roh merupakan perlainan dari badan, dan keberadaan roh menentang keinginan hawa
nafsu tidak seperti badan yang cenderung mempunyai hawa nafsu dan dari roh
inilah manusia memperoleh pengetahuan, baik pengetahuan akal, (pengetahuan yang
hanya dapat diperoleh ketika manusia berhasil melepaskan diri dari sifat
binatang yang ada dalam tubuhnya), maupun pengetahuan panca indera (pengetahuan
lahir). Dalam akal, Al-Kindi membagi akal
menjadi tiga macam, yaitu; akal yang bersifat potensil, akal yang bersifat
aktuil, dan akal yang selamanya dalam aktualitas.
3.
Metafisika
Al-Kindi
Al-Kindi berpendapat bahwa alam
semesta diciptakan oleh Tuhan, sedangkan Tuhan sendiri berada di atas ketentuan
hukum alam. Meskipun Al-Kindi sering memakai dan sependapat dengan pemikiran
Plato dan Aristoteles, namun dalam hal ini beliau menghiraukan prinsip Plato
dan Aristoteles tentang eternal creation dan
nothing can come from nothing.
Al-Kindi menyesuaikan falsafatnya kepada asas kepercayaan Islam.
4.
Pendapat
Al-Kindi Tentang Kenabian dan Al-Quran
Menurut Al-Kindi, seorang nabi adalah
manusia yang mampu mencapai tingkat pengetahuan tertinggi manusia melalui
wahyu. Pendapatnya tentang Al-Quran sama seperti kaum Mu’tazilah, bahwa
kebenaran Al-Quran lebih dapat diyakini kebenarannya daripada hasil-hasil
falsafat.
C.
PENUTUP
Falsafat adalah salah satu jalan yang
menawarkan rasionalitas kebenaran sebagai pilihan untuk menemukan makna hidup
dan membangun pandangan dunia. Falsafat adalah kerangka yang menitiskan beragam
jawaban akan pertanyaan asasi eksistensialis. Demikian halnya dengan agama, yang
bertujuan untuk menjadi jalan kebenaran, namun akal dan rasionalitas bukan
satu-satunya jalan yang dikehendaki oleh agama. Dogma agama, senantiasa
mensyaratkan iman bagi setiap pemeluknya, dan dimensi akliah manusia harus dinafikan
terlebih dahulu sehingga lantas bisa beranjak pada keluhuran derajat iman.
D.
KESIMPULAN
Al-Kindi adalah seorang yang
menempatkan falsafat dalam kedudukan yang tinggi yang tak bisa ditinggalkan
oleh orang-orang yang berpikir. Pemikirannya banyak terpengaruh oleh pemikiran
filosof-filosof Yunani, seperti Plato dan Aristoteles. Beliau berfalsafat
berdasarkan keyakinan dan searah dengan ajaran Islam. Selain seorang filososf,
Al-Kindi bukan hanya cinta pada falsafat, namun beliau juga seseorang yang
mendalami ilmu pengetahuan (sains).
DAFTAR PUSTAKA
Harun
Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam
Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1980
Drs.
Poerwantana DKK, Seluk-Beluk Filsafat
Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung
http://kampoengnofra.blogspot.com/2011/02/sejarah-al-kindi.html
Posting Komentar